Banyak negara yang siap menjadi tuan rumah pertemuan puncak antara Rusia dan AS. Asisten Presiden Rusia mengungkapkan banyak usulan dari berbagai negara yang ingin menjadi tuan rumah pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden terpilih AS Donald Trump. Namun Kremlin menyatakan tidak ada rencana mengadakan pertemuan tatap muka antara kedua pemimpin.
Sebelumnya, Trump mengumumkan kesediaannya untuk menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina. Baik Rusia maupun Ukraina menolak gagasan tersebut, dan Moskow mendukung Kiev untuk mengabaikan ambisinya untuk bergabung dengan NATO dan klaimnya atas Krimea dan wilayah lainnya.
Banyak negara seperti Swiss, Turki, Arab Saudi, Tiongkok, Brazil, dan Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk menjadi mediator dalam menyelesaikan konflik antara Rusia dan Ukraina. Sementara itu, Hongaria dan Slovakia memprotes dukungan tanpa syarat terhadap Ukraina dan menekankan bahwa konflik tersebut harus diselesaikan melalui cara diplomatik.
#Rusia #AS #KTT #Negosiasi Perdamaian #Konflik #Penilaian Resmi
RT Mengutip Asisten Presiden Rusia Yury Ushakov, banyak negara yang menawarkan diri menjadi tempat pertemuan puncak antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden terpilih AS Donald Trump.
Pernyataan di atas disampaikan oleh Tuan Ushakov setelah adanya kabar bahwa Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan Perdana Menteri Slovakia Robert Fico meminta Moskow untuk menyelenggarakan pertemuan puncak antara para pemimpin AS dan Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden terpilih AS Donald Trump dalam pertemuan pada tahun 2019. (Foto: Reuters)
“Kami menerima banyak proposal dari berbagai negara. Saya tidak akan menyebutkan negara-negara tertentu agar tidak mempengaruhi rencana penyelenggaraan pertemuan puncak jika itu terjadi.”tambah Tuan Ushakov.
Sebelumnya, Trump mengumumkan akan menjadi mediator antara Rusia dan Ukraina. Pekan lalu, dia mengatakan dia siap untuk berbicara dengan Presiden Rusia Putin “sesegera mungkin.”
Namun Kremlin menyatakan tidak ada rencana mengadakan pertemuan tatap muka antara kedua pemimpin.
Menurut media AS, tim Trump sedang mempertimbangkan untuk membekukan konflik di garis depan saat ini. Baik Rusia maupun Ukraina sebelumnya menolak gagasan tersebut, dan Moskow bersikeras bahwa Kiev harus meninggalkan ambisinya untuk bergabung dengan NATO dan membatalkan klaimnya atas semenanjung Krimea dan empat wilayah yang dicaploknya.
Ketika konflik pecah, Rusia dan Ukraina mengadakan perundingan perdamaian di Belarus dan Türkiye, namun upaya diplomatik ini dengan cepat gagal.
Setelah itu, Presiden Putin mengatakan bahwa perunding Ukraina tiba-tiba meninggalkan perundingan, setelah menerima beberapa syarat Moskow seperti Kiev menjadi negara netral dan membatasi jumlah pasukannya.
Pada tahun 2024, Victoria Nuland, seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS, juga mengakui bahwa Washington dan sekutunya menyarankan Kiev untuk tidak menyetujui persyaratan yang diminta oleh Moskow.
Swiss, Turki, dan Arab Saudi kini termasuk di antara negara-negara yang telah menyatakan minatnya untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara Rusia dan Ukraina di masa depan, sementara Tiongkok, Brasil, dan Indonesia juga telah mengajukan rencana perantara untuk membantu mengakhiri konflik.
Hongaria dan Slovakia menentang dukungan tanpa syarat anggota NATO lainnya terhadap Ukraina dan bersikeras bahwa konflik tersebut harus diselesaikan melalui cara diplomatik.
Kedua pemimpin Hongaria dan Slovakia juga berdiskusi dengan Presiden Putin mengenai upaya mendorong perundingan perdamaian.
Eksplorasi konten lain dari Heart To Heart
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.